PETEBON.KENDALMU.OR.ID. Sumedi (51), salah satu anggota Bidang Peternakan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PDM Kendal sekarang sedang konsentrasi di usahanya sebagai peternak dan penggemukan kambing dan domba.
Usaha tersebut dirintisnya sejak 2010 yang sebelumnya lelaki tersebut bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di dunia ekspor seafood (ikan, udang, kepiting dan rajungan).
Di perusahaan internasional yang memiliki beberapa cabang di sebagian pulau di Indonesia. Sumedi, alumni Sekolah Tinggi Perikanan Kalinyamat Jepara tersebut awalnya bekerja bertugas di lapangan sebagai pencari bahan baju produsen seafood. Kemudian meningkat mengisi posisi yang harus memastikan bahwa seluruh proses produksi sampai ekspor berjalan sesuai dengan standar quality yang ditetapkan.
“Tugas tersebut alhamdulillah dapat saya laksanakan dengan baik selama tujuh tahun, dengan tugas utama penanggung jawab pengendali kualitas bahan baku, kualitas hasil produksi sampai ekspor seafood, tentu dengan gaji yang sangat menarik,”katanya.
Tetapi Bapak dari 3 anak tersebut memutuskan resign dari perusahaan yang telah memberi pengalaman sangat berharga di dunia perikanan selama 10 tahun tersebut.
“Ada beberapa hal prinsip yang tidak bisa terus melanjutkan kerja di perusahaan tersebut, kata Sumedi di kandang dombanya, Rabu (28/2/2024).
Ia mencoba mengungkap masa lalunya. Dijelaskan, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang ekspor seafood, produk diekspor harus memenuhi standar kualitas yang disepakati dengan buyer seperti ukuran, kesegaran, rasa, tekstur dll.
Dia juga menyebut, sebelum memutuskan risign ditawari agar cuti sekian bulan, tetapi ada faktor lain yang bisa mengganggu yaitu kesehatannya, terutama suhu dingin di ruang proses dan ruang penyimpanan yang suhunya di bawah nol derajat celsius.
“Sebagai penanggung jawab kualitas produk dari bahan baku sampai finish produk maka saya harus memastikan suhu di ruang proses dan penyimpanan sesuai standard, seringnya berada di suhu ini kesehatannya menurun ” imbuhnya.
Selepas dari perusahaan tersebut, Sumedi bergelut di bidang pertanian, peternakan dan perikanan.
Sambil bertani, Sumedi mencoba ngopeni domba 23 ekor di perkampungan dekat Sungai Bodri dengan sistem ngaduh, bagi hasil.
“Namun tidak berhasil, bahkan rugi. Mereka tidak bisa menyediakan cukup pakan untuk kambing dan akhirnya pertumbuhannya sangat lamban, bahkan ada yang mati. Akhirnya saya jual, “ katanya lagi.
Sumedi menyadari kegagalan itu terjadi karena dia kurang ilmu. Tetapi tidak putus asa, belajar cara ngopeni kambing terus dilakukan dengan beberapa para peternak kambing dan domba. Usaha yang dilakukan oleh suami dari Dwiyani Agustintari tersebut ternyata mendapat dukungan dari keluarga, termasuk dalam kebutuhan dana untuk pengembangan usaha domba dan kambing.
Akhirnya dia menemukan seorang peternak yang dinilai sukses. Adalah almarhum H.Tamrin tempat ia belajar lebih serius dan menemukan teknik ngopeni domba dan kambing yang sukses.
“Ternyata ngopeni kambing, diawali dengan tidak membeli kambing, tetapi menyediakan pakan yang cukup untuk berapa kambing yang akan dipelihara. Kemudian menyiapkan kandang, baru menyediakan kambing,” ujarnya.
Menyadari pakan belum siap, tetapi kemaun untuk membeli kambing tidak bisa ditahan, akhirnya Sumedi membeli 23 ekor domba dan kambing dititipkan di kandang milik almarhum Tamrin, Truko, Kangkung dan kandang di Kebonharjo Patebon sembari menyiapkan bank pakan dan kandang.
“Karena saya suka dengan domba dan kambing, pada waktu-waktu tertentu saya jual beli kambing dan hasilnya bagus juga Alhamdulillah,” imbuhnya.
“Kemaun yang tidak bisa ditahan membeli domba dan kambing sebanyak itu karena terbukti pernah sebelumnya beli indukan 1 ekor dalam satu tahun beranak 2 dan nilai asetnya naik 4 kali dalam setahun, alkhamdulillah ,”
Dalam perkembangan sampai sat ini, Sumedi sedang memelihara sekitar 30 ekor domba dan kambing, mayoritas pindahan dari kandang Truko sebagai salah satu tempat teman-teman MPM berkumpul untuk belajar dunia agro terutama berbasis organik.
Kambing dan domba tersebut menempati sekitar 1/6 kapasitas kandang yang ada.
Menyinggung tentang pakan, bagi Sumedi tidak menjadi kendala, karena ketersediaan pakan di sawah (limbah pertanian) yang ada di depan rumahnya, tebon jagung dan jerami padi tersedia melimpah yang didukung dengan mesin cacah, dan 19 drum sebagai media fermentasi pakan.
Dia berharap seluruh jajaran MPM sebelum memberdayakan masyarakat, terlebih dahulu memberdayakan diri sendiri.
“Berdayakan dulu semua pengurus MPM, sebelum memberdayakan masyarakat,” pungkasnya. (fur)