BRANGSONG.KENDALMU.OR.ID. Bekal terbaik untuk kehidupan akhirat adalah taqwa yang dalam kehidupan di dunianya mengedepankan prilaku ibadah ikhlas kepada Allah, juga memiliki sholeh sosial. Taqwa paripurna adalah kebijaksanaan yang lebih baik, yang mencakup keseluruhan aspek kehidupan. Seorang yang memiliki taqwa paripurna tidak hanya mengikuti ajaran agama sebagai jalan hidup, tapi juga menjadi pelopor dan teladan agama dalam semua aspek kehidupan.
Demikian kesimpulan khutbah Hari Raya Idulfitri 1445 H yang disampaikan oleh Ketua PDM Kendal, KH. Ikhsan Intizam di Lapangan SMK N Brangsong, Rabu (10/4/2024).
Dia menyampaikan pentingnya merawat ketaqwaan setelah Ramadhan berlalu dan siap menjalani kehidupan-kehidupan di dunia yang penuh tantangan.
“Ketaqwaan yang kita peroleh dalam ibadah Ramadhan tahun ini terus kita rawat, jaga, untuk mengarungi kehidupan minimal 11 sebelas bulan ke depan, dan sangat berharap dapat bertemu lagi dengan bulan Ramadhan tahun depan,” kata Ikhsan.
Ketua PDM Kendal, meminta kepada seluruh jamaah jangan sampai taqwa hanya ada di bulan Ramadhan saja, justru memasuki bulan Syawal dan bulan-bulan selanjutnya sebagai tantangan untuk lebih giat lagi dalam beribadah seperi bulan Ramadhan.
“Ramadhan sebagai awal kebaikan, dan Ramadhan boleh berlalu karena sunnatullah, tetapi Al qur’an tetap masih ada (tadarus-red), sholat lail, puasa sunnah tetap ditegakkan dan ibadah-ibadah lain senantiasa istoqomah,” ujarnya.
Ustadz Ikhsan mengingatkan, Ramadhan yang penuh kebaikan setelahnya jangan bermalas-malasan, karena itu penyakit yang berbahaya dari pada virus corona.“Ramadhan kemarin luar biasa kita lihat masjid-masid, musholla ramai dengan sholat tarawih, kajian-kajian keIslaman, dan tadarus Al qur’an. Di bulan Ramadhan kita begitu mudah bersodaqoh, infaq, dan merasa ringan bangun di sepertiga malam untuk sholat lail, atau sahur di lanjutkan pergi ke masjid untuk sholat subuh berjamaah. Tetapi setelah Ramadhan kondisinya sepi, tidak ada tadarus Al qur’an, dan kajian-kajian keIslaman hilang, dan bermalas malasan. Itulah yang kita sebut sebagai penyakit futur,” ungkapnya.
Futur adalah sebuah penyakit spiritual yang dapat menyerang individu yang berjuang di jalan Allah SWT, imbuhnya.
Penyakit futur, kata Ikhsan, dapat menyebabkan penurunan semangat dalam beribadah, berdakwah, atau menuntut ilmu agama, yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dalam amal baik.
Futur dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti hilangnya keikhlasan, lemahnya ilmu syar’i, kecintaan hati yang besar kepada dunia, hidup di tengah masyarakat, dan fitnah.
Di bagian lain, Ustadz Ikhsan juga meminta tentang kebaikan-kebaikan yang telah kita rajut selama Ramadhan jangan berubah menjadi rusak.
“Jangan seperti perumpamaan wanita yang merajut kain menjadi indah, tetapi dirusak oleh masalah perilaku dan kepribadian individu yang maksiat. Kain indah yang dibuat dapat menjadi simbol kepribadian yang baik, tetapi jika ia dirusak, maka hal tersebut menunjukkan kepribadian yang tidak tepat,” ujarnya mengutip Al qur’an Surat An Nahl ayat 92 ‘Wa lā takụnụ kallatī naqaḍat gazlahā mim ba’di quwwatin angkāṡā, (Janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan tenunannya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai-berai kembali.)
Menurut Ustadz Ikhsan, kain indah yang telah dirajut sebagai simbol amal sholeh selama Ramadhan. Sedangkan bercerai berai sebagai perumpamaan perbuatan-perbuatan kemaksiatan yang merusak amal sholeh.
Di bagian akhir khutbah, Ustadz Ikhsan mengingatkan, bahwa kita sebetulnya bertempat tinggal di syurga, tetapi karena Nabi Adam dan istrinya, Hawa tergoda oleh bujuk rayuan setan dan akhirnya tergelincir ke bumi, maka kita ada di bumi.
“Di bumi inilah tempat kita mengabdi kepada Allah yang diwujudkan dengan ibadah karena Allah berbuah amal sholeh sebagai bekal kita akan dikembalikan ke surga. Kita masuk surga karena amal shole kita telah menunggunya di surga,” ujarnya.(fur)