KENDAL.KENDALMU.OR.ID. Film “Buya Hamka” adalah film biografi yang mengisahkan kehidupan sosok Buya Hamka, seorang tokoh ulama Indonesia. Film ini dibagi menjadi tiga volume dan menceritakan masa-masa hidup Hamka mulai dari kecil hingga dewasa.
Jika dalam volume pertama, film ini menggambarkan pengalaman Hamka sebagai pengurus Muhammadiyah di Makassar dan kemudian menjadi pemimpin redaksi majalah pedoman Masyarakat. Maka dalam seri ke 2 film yang disutradarai Fajar Bustomi ini, mengisahkan tentang suka duka di balik lahirnya Tafsir Al-Azhar yang ditulis oleh Buya Hamka semasa menjadi tahanan politik.
Film Hamka dan Siti Raham Vol 2 yang akan tayang pada 21 Desember 2023 di seluruh bioskop Indonesia.
Fajar Bustomi menyebut penciptaan film sejarah seperti ini bukan untuk mencari keuntungan, melainkan agar sisi keteladanannya dapat diwariskan pada generasi penerus bangsa.
Beruntung, rumah produksi Falcon Pictures mendukung gagasan ini. Selain Buya Hamka, kata Fajar ada banyak tokoh sejarah di Indonesia yang inspiratif.“Ada banyak karakter bagus di Indonesia yang menunggu untuk difilmkan,” lanjutnya.Adapun pemeran karakter Buya Hamka, Vino G Bastian bersyukur ikut menjadi bagian dari misi mulia tersebut.
“Perjuangan Buya Hamka tidak boleh berakhir pada generasi Buya Hamka. Tapi semua generasi harus tahu siapa Buya Hamka. Karena banyak orang saat ini hanya mengenal Buya Hamka karena karyanya,” kata Vino.
Film Buya Hamka 2 karya Ahmad Fuadi yang disutradarai oleh Fajar Bustomi ini mengisahkan perjalanan hidup Buya Hamka sebagai seorang pendakwah, penulis dan tokoh Islam, sejak lahir hingga perjuangannya melalui organisasi Muhammadiyah. Film ini dibintangi oleh sejumlah aktor papan atas Indonesia, termasuk Vino G. Bastian dan Laudya Chyntia Bella sebagai pemeran utama.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti sebagaimana dinukil muhammadiyah.or.id menilai film Hamka Vol 2 layak untuk ditonton oleh seluruh anak bangsa dan generasi muda Indonesia mengingat Buya Hamka adalah tokoh bangsa yang mahsyur sampai ke masyarakat Melayu di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Selain menjadi tokoh bangsa, Buya Hamka menurutnya merupakan ulama multidimensi yang tampil sebagai penulis, negarawan, intelektual, maupun figur ayah dan suami bagi keluarganya.
Buya Hamka juga memiliki sifat dan karakter yang dapat ditelani, baik dari segi kedalaman ilmu maupun keteguhan moral. Karena inspiratif, film ini menurut Mu’ti memiliki fungsi pendidikan karakter.
“Saya pikir ini penting untuk hari ini, karena ulama bukan hanya mereka yang belajar agama tetapi manusia seutuhnya dengan kepribadian ulama yang ideal, di mana dia benar-benar mempraktikkan apa yang dia katakan,” kata dia.
“Ini bagian dari pendidikan karakter dan juga bagian dari perjuangan bagaimana film bisa dimulai dari peradaban dan memperkuatnya,” imbuhnya.