Oleh Arif Subakir *)
ISLAM adalah agama yang sempurna dan paripurna, telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Hubungan antara manusia dengan penciptanya (Al Khalik), hubungan antara manusia dengan alam semesta dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia sudah diatur dengan sangat indah dan harmonis. Namun kalau kita melihat dinamika sosial bermasyarakat selalu diwarnai dengan baik atau buruk perilaku seseorang dalam menjalani kehidupan.
Manusia sebagai makhluk dengan jiwa sosial paling unggul dan mendapatkan julukan fii ahsani taqwiim (sebaik baik ciptaan) Allah mestinya mampu memberikan warna tersendiri dalam berinteraksi dengan makhluk yang lainnya, khususnya sesama manusia.
Manusia harus bisa menanamkan hal kebaikan kepada teman, kerabat, ataupun orang lain dengan cara berperilaku ramah dan santun. Hal kebaikan juga tidak melulu hanya dengan kita berbuat baik kepada sesama manusia saja, akan tetapi berperilaku baiklah dengan hewan dan tumbuhan. Karena dengan begitu, maka akan menimbulkan suatu ekosistem hubungan baik selalu bertebaran di manapun tempatnya.
Senyum merupakan bentuk ekspresi yang lahir dari seseorang mencerminkan hatinya sedang mengalami kegembiraan dan ketenangan sehingga mampu mengekspresikan dalam bentuk senyum di wajahnya. Indahnya kehidupan walaupun hanya kehidupan sementara, namun mempunyai banyak cerita dan kisah-kisah di seputar kehidupan ini, entah itu peristiwa yang menyenangkan, mengharukan atau yang lainnya.
Dengan senyuman dapat dipastikan seseorang sedang dalam keadaan senang. Baik senang karena rasa syukur atau senang karena bisa menikmati segala keindahan yang ada di kehidupan. Senyum juga tergolong sebagai sedekah, apabila kita bertemu dengan orang lain atau di hadapan saudara kita maka tersenyumlah, karena dengan begitu berarti kita sudah melakukan suatu amalan yang bernilai ibadah yang diperhitungkan oleh Allah SWT sehingga menambah pahala kita.
Rasulullah SAW bersabda «تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ» “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu” (HR Tirmidzi no 1956).
Dengan tersenyum maka secara tidak langsung mendorong kita untuk berperilaku sopan dan santun kepada siapapun tanpa kemudian harus melihat strata sosial, agama ataupun dari orang yang kita ajak untuk tersenyum. Berbuat baiklah kepada siapapun tanpa harus mengharapkan imbalan berupa pujian yang mengarahkan kepada dirinya. Karena dengan banyaknya pujian yang mengarahkan kepada dirinya membuat orang tersebut menjadi sombong.
Dalam keterangan hadits di atas menerangkan bahwa senyum dalam berbagai riwayat juga sudah menjadi kebiasaan sehari-hari Nabi Muhammad SAW.
Hal itu beliau lakukan, karena senyuman bisa membuat orang lain yang melihatnya menjadi lebih bahagia. Hal yang menarik ketika kita tersenyum di hadapan seseorang, maka berdasarkan sabda Rasulullah SAW merupakan suatu hal kebaikan dan jangan pula dianggap remeh.
Rasulullah SAW bersabda :
«لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ»
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri”. (HR Muslim no 2626).
Berdasarkan riset dokter mengatakan bahwa ketika anda tersenyum dan selalu bahagia, maka tubuh akan meresponsnya dengan mengeluarkan neurotransmitter bernama endorphin. Senyawa ini memiliki efek menenangkan, meningkatkan mood dan mengurangi rasa sakit.
Secara otomatis senyuman juga dapat memperlambat penuaan dini, karena mood dari seseorang yang tersenyum karena kebahagiaan akan menimbulkan rasa senang dan memperlambat kerut di wajahnya. Selain itu manfaat senyum juga bisa menjadikan kebaikan kepada seseorang, hal ini bisa kita buktikan ketika kita memberikan senyuman kepada orang lain, maka secara reflek dan tidak sengaja maka orang yang diberikan senyum juga ikut tersenyum kepada kita.
Sebagai penutup, semoga dengan lantaran kita tersenyum kepada orang lain paling tidak ada upaya untuk mengurangi musuh dan mempunyai harapan, agar terus memperbanyak hubungan baik sehingga kita selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, tentunya kemudahan dalam menjalani kehidupan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.
Janganlah berhenti untuk selalu bersyukur atas apa yang telah kita peroleh dan janganlah pernah bosan untuk terus menebar kebaikan kepada orang lain dan semoga kita selalu mendapatkan bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT.
Wallahua’lam bishsawab
*Arif Subakir, SE adalah Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng Angkatan 4 di UMKABA