WELERI.KENDALMU.OR.ID. Siswa SMP Muhammadiyah 1 (Muhi) Weleri, Satrio Bintang Mukti Wibowo (kelas VIII A) merupakan satu-satunya perwakilan dari Kab. Kendal yang lolos menuju Olimpiade Muhammadiyah Berkemajuan Nasional (OMBN) tingkat nasional 2025 katagori lomba Musyabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) jenjang SLTP yang akan berlangsung Jum’at-Sabtu (24-25/1/2025) di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus).
Sebelumnya buah hati dari pasangan suami-istri, Sriyono-Kumiati itu mengikuti seleksi OMBN Provinsi, masuk peringkat 8 dari 25 peserta yang dinyatakan lolos ke tingkat nasional.
Kepala SMP Muhi Weleri, Dwi Puji Rahayu mengatakan dalam OMBN Provinsi SMP yang dipimpinnya mengirim 11 peserta, namun yang lolos ke tingkat nasional hanya satu anak, Satrio Bintang Mukti Wibowo.
“Kami bersyukur atas prestasi yang diraih ananda Satrio Bintang Mukti Wibowo, karena usaha dalam bentuk latihan dilakukan dengan sungguh-sungguh,” kata Dwi kepada kendalmu.or.id, Jum’at pagi (17/1/2025) di ruang kerjanya.
Dikatakan, Satrio di bidang akademik prestasinya biasa-biasa saja, dan masuk kelas tahfidz, tetapi dalam hal prestasi di bidang MTQ, Satrio diketahui beberapa kali meraih kejuaraan dan sering mendapat undangan dalam sebuah acara untuk tampil sebagai qori’, karena memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan nada dan suaranya indah, tajwidnya benar dan baik.

“Di Olimpicad Bandung 2024 Satrio meraih juara 3, di tingkat Kabupaten sering juara 1, dan kemarin di OMBN Provinsi peringkat 8,” ungkapnya.
Dalam menghadapi OMBN tingkat Nasional, Dwi Puji Rahayu meminta kepada Satrio untuk terus meningkatkan latihan di sekolahan, rumah maupun di masjid sebagai upaya meningkatkan kualitas hasil lomba MTQ yang akan diraih
“Jangan mudah baperan ketika diberi saran oleh pembimbibing, karena hal itu dilakukan untuk meningkatkan prestasi,” pintanya kepada Satrio.
Diharapkan dalam OMBN tingkat nasional Satrio mampu meraih prestasi terbaik dalam rangka membawa nama baik sekolah dan Muhammadiyah Kendal.
Sementara itu guru pembimbing, Syaifurrijal mengaku sudah dua tahun mendampingi Satrio dalam hal tilawatul qur’an sehingga mengetahui sisi kemampuan dan kesulitan dalam melantunkan ayat-ayat Al qur’an, khususnya saat lomba atau tampil di depan umum dalam sebuah acara.
Untuk meningkatkan performa, diketahui Satrio melakukan latihan tidak hanya di sekolahan tetapi di beberapa tempat dengan pembimbing yang berbeda.
“Kalau di sekolahan kami yang membimbing, di rumah orang tuanya, dan kalau latihan khusus di luar sekolah, seperti di masjid An Nuur Penyangkringan dibimbing oleh Ustadz Agus,” katanya.
Dikatakan, dengan latihan yang intensif Satrio dalam hal tilawah dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya.
Disebutkan sesuuai pedoman dalam final OMBN tingkat nasional lomba MTQ, setiap peserta membaca Al-Qur’an sesuai dengan maqro’ yang ditentukan panitia (3-5 maqro’) dan minimal 3 (tiga) lagu.
Terdapat tiga kriteria penilaian MTQ, yaitu tajwid, fashahah (keindahan, dan kelancaran-red), dan adab, serta suara dan lagu.
“Dari sisi tartil, tajwid, irama dan suara bisa dikatakan bagus, tapi sisi pernafasan dia sulit dan kurang baik, mungkin disebabkan pola makanan dan minuman yang tidak baik bagi seorang qori’, seperti makanan berminyak, gorengan, sering minum air dingin, es, karena makanan yang digoreng dengan minyak dan minum air dingin dapat menyebabkan iritasi pada tenggorokan, dan memproduksi lendir,” beber Ustadz Rijjal.
Menurut Ustadz Syaifurrrijal pengaturan nafas bagi seorang qori’ ada beberapa cara dan merupakan keterampilan penting dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik.
“Setiap pagi latihan vokal secara teratur dengan intonasi yang baik dapat membantu meningkatkan kemampuan vokal dan pernapasan. Latihan ini juga membantu Satrio memahami irama dan nada yang diperlukan saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an,” ujarnya.
Ustadz Syaifurrijal berharap kepada Satrio dalam OMBN tingkat nasional dapat tampil maksimal sesuai kriteria lomba MTQ.
Sedangkan Satrio Bintang Mukti Wibowo mengaku belajar dan menekuni MTQ sejak duduk di bangku SD yang didukung oleh keluarganya, termasuk mendukung keikutsertaan dalam OMBN.
Dalam persiapan OMBN, Satrio mengaku tidak mau ditekan, dipaksa selama latihan oleh siapapun, termasuk guru pembimbingnya, karena akan berpengaruh terhadap turunnya mental.
“Saya latihan sesuai selera saya, tapi tidak asal-asalan, karena saya ingin enjoe selama latihan,” kata Satrio.
Menurutnya bentuk latihan MTQ yang dilakukan tidak harus secara formal di depan pembimbing, tetapi tampil di depan publik sebagai qori’ dalam sebuah acara seperti hajatan, pernikahan, dan acara-acara keagamaan dinilai sebagai latihan.
“Latihan di acara itu selain dinilai oleh guru pembimbing, juga mendapat bisaroh,” ujar Satrio sambil tersenyum.
Dia mengaku, dengan seringnya diundang sebagai qori’ di beberapa tempat bisa membeli handphone.
Dalam menghadapi lomba di ajang OMBN tingkat nasional, Satrio mohon do’a dari seluruh warga Muhammadiyah di Kendal supaya dapat tampil dengan maksimal, dan menghasilkan prestasi yang terbaik. (fur)