KANGKUNG.KENDALMU.OR.ID. Banyak studi dan analisis yang menunjukkan bahwa orang tua atau individu yang telah mencapai usia pensiun merasa senang dan memikiki masa depan dengan bangga. Pensiun dapat memberikan kemungkinan untuk mengembangkan aktivitas yang lebih bersifat pribadi dan mengenal kembali diri sendiri. Pensiun juga dapat membawa banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk reduksi stres, keseimbangan emosi, dan kemungkinan untuk mengendalikan kesehatan secara lebih baik.
Pada dasarnya, orang yang telah mencapai usia pensiun merasa lebih senang dengan kehidupan mereka, karena mereka memiliki waktu lebih banyak untuk mengembangkan aktivitas yang mereka sukai, mengurangi stres kerja, dan membangun hubungan lebih dekat dengan keluarga dan teman. Pensiun juga dapat membawa kemungkinan untuk mengembangkan kreativitas, mengembangkan kemampuan, dan mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat.
Seperti yang dialami oleh Sinwan (62), pensiunan PNS, Kepala SMA Muhammadiyah 1 Weleri yang memilih budidaya lele dan sapi sebagai kesibukan sehari hari.
Dia menyadari bahwa faktor keluarga bisa menjadi penentu dalam usahanya, dan Sinwan mengaku dididik oleh kedua orang tuanya sebagai pedagang.
“Saya itu dulu jualan sate kambing di prapatan dan saya sering diajak ke pasar, sehingga bergaul dengan ternak itu sudah biasa. Ngarit, cari ramban itu pekerjaan rutin setelah mengajar di sekolah” ungkap Sinwan mengawali perbincangan dengan kendalmu.or.id, Sabtu siang (17/2/2024) di area tempat usahanya, Truko, Kangkung, Kendal.
Pada tahun 2003 – 2007 sebelum diangkat sebagai Kepala SMA Muhi Weleri, Sinwan menyewa sebidang tanah dekat SD Muhammadiyah Truko untuk pembesaran kambing dan sapi. Hal itu dilakukan karena kebetulan di desa Truko ada bantuan sapi dari pemerintah, tapi Sinwan tidak dapat karena PNS.
“Anehnya mereka yang menerima bantuan sapi itu tidak bisa merawat dengan baik, dan akhirnya diserahkan kepada saya agar semua sapi itu dapat beranak pinak, alhamdulillah berhasil. Modal sapi dari pemerintah saya kembalikan ke Desa, dan saya merawat 4 sapi milik saya sendiri dengan cara rumput beli, karena kesibukan mengajar,” ungkap Sinwan.
“Tetapi tahun 2013 sampai 2016 saya diangkat sebagai Kepala Sekolah (SMA Muhammadiyah 1 Weleri-red), sehingga usaha itu saya hentikan,” ungkapnya lagi.
Karena kesibukan sebagai kepala sekolah, Sinwan dalam mengurusi usahanya merasa terganggu dia harus memilih komitmen dan konsisten dalam tugas sebagai kepala sekolah.
“Memasuki 2016, usaha yang sempat tidak terurus dengan baik itu saya teruskan lagi dengan membeli lahan yang lebih luas, 4400 m2, dengan memanfaatkan kambing, sapi dan tanami rumput,” katanya.
Menyinggung pembesaran sapi, Sinwan tidak lepas dari permasalahan yang dihadapi selama memelihara sapi.
“Terdapat beberapa penyakit yang umumnya dapat memengaruhi sapi saat dipelihara hingga besar dan siap dijual, antara lain diare yang dapat memengaruhi kesehatan sapi, demam, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi kulit dapat memengaruhi sapi selama masa pemeliharaan” ujarnya.
Sinwan pernah dibuat bingung pada sapinya yang tidak bisa berdiri, tidak aktif, tidak banyak bergerak, seperti lumpuh, tetapi makannya lahap.
“Saya sempat khawatir dengan 4 ekor sapi, nggeletak semua. Bahkan beberapa waktu lalu pernah ada sapi saya gemuk, kalau makan hahap, tapi tidak mau bergerak, dan saya tidak tahu kenapa sapi diam saja. Akhirnya sapi saya jual tentu dengan harga separo. Setelah sapi disembelih ternyata salah satu kakinya patah tulang, dan terjadi kerusakan pada struktur tulang dan jaringan sekitarnya,” kenang Sinwan sambil tersenyum.
Sebagai salah satu pengusaha pembesaran sapi, Sinwan selalu mengantisipasi kapan waktu yang tepat memelihara sapi dan kapan harus menjualnya.
“Ada waktu-waktu tertentu, dan sekarang ini saya memelihara 5 ekor sapi, nanti ketika idul Adha musim penjualan. Sedangkan untuk kandang kambing masih kosong, dan insya Allah dalam waktu dekat saya isi, ” ujarnya.
Sinwan berharap, dari usaha budidaya lele dan penggemukkan sapi yang ditekuni membawa keberkahan dan para petani di sekitar dapat terinspirasi.
“Ketika pertanian tidak menjanjikan kenapa tidak beralih ke ternak ?” ujarnya.
Sedangkan budidaya lele, Sinwan menerapkan dua strategi, pembesaran untuk konsumsi dan penyediaan bibit dengan berbagai ukuran.
“Untuk penyediaan bibit saya tidak memiliki indukan lele dan belum bisa menguasai ilmunya padahal saya punya pelanggan pembeli bibit, maka agar bibit lele tetap tersedia saya harus membeli ke pembenih atau pembibit. Bahkan kalau lele konsumsi di tempat saya persediaan menipis, sedangkan permintaan meningkat saya harus ke daerah-daerah lain membeli bibit maupun lele konsumsi” katanya.
Diketahui, Sinwan saat ini memiliki 24 media terpal bioflok yang menampung sekitar 50 ribu bibit lele yang telah ditebar, ditambah dengan beberapa petak terpal untuk lele.
“Memelihara lele konsumsi ternyata tidak mudah, saya belajar 2 tahun dan sekarang baru tahu, dan selama itu saya belum untung,” katanya lagi
Menurutnya, lele tidak sekedar dikasih makan, tetapi butuh perawatan yang intensif, seperti sirkulasi dan pergantian air harus dilakukan 3 hari sekali agar lele tidak terkena penyakit akibat amoniak.
“Jika air amoniaknya tinggi pada ikan lele, maka dapat menyebabkan keracunan amonia pada ikan lele, karena amonia senyawa beracun yang dihasilkan dari metabolisme ikan dan bakteri dalam air kolam,” ungkapnya. (fur)