LIMBANGAN.KENDALMU.OR.ID. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menangah (Kemendikdasmen) RI mendorong kepala seluruh Sekolah Luar Biasa (SLB), termasuk SLB Surya Gemilang Muhammadiyah Limbangan, Kab. Kendal untuk melaksanakan program pendidikan vokasi.
Pendidikan penguatan vokasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan program pembelajaran yang dirancang untuk memberikan keterampilan praktis dan keahlian terapan kepada ABK dalam rangka mempersiapkan siswa agar dapat hidup mandiri dan berkontribusi dalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan pendidikan.
Kepala SLB Surya Gemilang, Kuntjoro mengatakan sampai saat ini SLB yang dipimpinya sedang menerapkan 4 jenis pendidikan ketrampilan praktis vokasi, yaitu membatik, tata boga, tata rias, dan tata busana.
Ke 4 pendidikan vokasi tersebut masuk bidang pariwisata, tata boga, tata rias, dan tata busana. Sedangkan membatik sebagai bidang seni.

“Keempat vokasi ini, kata dia diberikan kepada anak-anak di masa transisi, kelas XI dan XII sebelum mereka purna studi,” kata Kuntjoro kepada kendalmu.or.id di sela rapat koordinasi dengan Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Kendal, Selasa (21/1/2025) di Balai Ekonomi Desa Karangrejo, Limbangan.
Kuntjoro menjelaskan, ke 4 vokasi tersebut dilaksanakan dengan berbagai peralatan dan media pembelajaran dan ketrampilan yang diperlukan.
“Alat-alat keterampilan di SLB Surya Gemilang Muhammadiyah memiliki fungsi yang sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran dan pengembangan keterampilan anak-anak berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Menurut Kuntjoro, dana operasional SLB Surya Gemilang dan kesejahteraan guru dari beberapa sumber yang halal dan, diantaranya BOS, bantuan operasional sekolah, Lazismu, unit usaha sekolah, dan orang tua yang mampu.
“Namun demikian, kami tetap masih membutuhkan dana cukup besar untuk operasional asrama,” ujarnya lagi.

Dia juga memahami, unit usaha yang dimiliki SLB Surya Gemilang Muhammadiyah Limbangan sudah menghasilkan dana, dengan konsep memaksimalkan SDM internal, siswa dan guru.
Kuncoro menyampaikan siswa-siswi diberdayakan sebagai produser sesuai kompetensinya. Praktek tata boga, tata rias, dan tata busana dikerjakan oleh anak-anak dan hasilnya dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Tata boga, misalanya anak-anak memproduksi makanan kemudian dijual paling tidak kepada keluarganya. Begitu juga tata busana, masyarakat atau keluarga anak-anak bisa mengerjakan pesanan jahitan kepada anak-anak SLB. Termasuk tata rias, kami berdayakan meskipun hanya sebatas membawa alat-alat rias,” bebernya.
Khusus untuk batik, Kuntjoro merasa bangga karena terdapat 23 anak sudah memiliki sertifikat uji kompetensi, juga kita karyakan di tempat Muhammadiyah, karena meyakinkan pihak-pihak ketiga, memberdayakan anak-anak tidaklah mudah.
“Khusus batik cap dan ciprat Bagaskara milik SLB Surya Gemilang mampu menghasilkan dana cukup besar, karena banyak pesanan dari Muhammadiyah, guru-guru dan masyarakat umum,” katanya.
Diketahui tahun ini jumlah siswa SLB Surya Gemilang Muhammadiyah Limbangan 207 anak dengan 24 guru dan 2 driver, dan 2 tenaga kebersihan. Tetapi ada 12 anak titipan dari SLB Muhammadiyah Pekajangan, Pekalongan.
“Ke 12 anak itu titipan sebagai anak angkat karena kami diminta oleh PWM Jawa Tengah melakukan pendampingan selama proses perizinan pendirian SLB Muhammadiyah Pekajangan. Posisi anak di Pekajangan, sedangkan administrasinya menginduk di SLB Surya Gemilang, ” ucapnya.
Dari 207 anak didik terdapat 23 rombel, tetapi karena keterbatasan guru KBM dilaksanakan dengan shiff waktu belajar, pukul 07.00-09.30, 09.30-11.30, dan 11.30-13.00 Wib.
Untuk kedisiplinan anak-anak kami asramakan melalui Muhammadiyah Boarding Schooll (MBS), pesantren Muhammadiyah di lingkungan SLB Surya Gemilang.
“Selama di MBS anak-anak kita kuatkan aqidah, disiplin beribadah, berakhlaq mulia, dan bergal sesama dalam nuansa ukhuwah Islamiah,”ujarnya.
Kuntjoro berharap ideal proses pembelajaran di SLB Surya Gemilang dapat terwujud dan terlaksana sesuai dengan standar pembelajaran yang ditetapkan.
“Idealnya satu kelas diisi 5 sampai 6 anak dengan 2 guru, karena untuk menciptakan lingkungan belajar yang ideal dan mempertimbangkan berbagai aspek terkait ruang kelas dan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar mengajar,” katanya. (fur)