KALIWUNGU.KENDALMU.OR.ID. Direktur Umum dan Keuangan Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Darul Istiqomah (RSDI) Kaliwungu, Kendal, Miftachur Izah mengungkap makna dibalik sakit dalam perspektif Islam.
“Bersyukur ketika menghadapi ujian sakit dalam perspektif Islam memiliki makna yang dalam dan penuh hikmah,” demikian kata Izah mengawali tausiahnya dalam pengajian Ahad Pagi PCM Kaliwungu, Ahad (19/1/2025) di halaman PAY Hj. Siti Rohmah Karang Tengah Kaliwungu.
Dalam hidup, kata Izah tidak selamanya kita sehat, tetapi pernah sakit, karena lara sangat relevan dengan kehidupan, maka bersyukurlah ketika sakit.
“Bersyukurlah ketika kita sakit, karena sebagai ujian dari Allah untuk menguji iman dan kesabaran hamba-Nya dan kita positif thinkink menerima takdir yang telah ditentukan oleh-Nya,” ujarnya mengutip Al qur’an Surat Al Baqarah Ayat 155 :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥
Artinya, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Menurut Miftachur Izah, ayat tersebut memberikan penguatan bahwa ujian, termasuk sakit, adalah bagian dari perjalanan hidup.
“Kuncinya adalah kesabaran. Orang yang sabar adalah mereka yang ketika ditimpa musibah, mengucapkan kalimat istirja’, yaitu Inna lillahi wa Inna ilaihi Raji’un,” ujarnya lagi.
Dijelaskan, kalimat isrirja’ merupakan bentuk pengakuan atas kekuasaan Allah dan penyerahan diri kepada-Nya.
Sakit dalam perspektif Islam memiliki berbagai keistimewaan yang mendalam, mencakup aspek spiritual, moral, dan sosial.

“Salah satu keistimewaan utama dari sakit adalah kemampuannya untuk menghapus dosa. Dalam hadis, Rasulullah SAW menyatakan bahwa setiap rasa sakit yang dialami oleh seorang mukmin dapat menggugurkan dosa-dosanya,” kata Izah dengan haditsnya,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضِ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتُهُ كَمَا تَحَطَّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
Artinya: “Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sakitnya itu, sebagaimana sebatang pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
ما يَصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمْ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَم حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشأَكُهَا إِلَّا كَفَّرَ الله بها مِنْ خطاياه. (رواه البخاري)
Artinya: “Tidaklah menimpa seorang muslim suatu keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, kesulitan, kesedihan, kesakitan, dan kepedihan, bahkan hingga duri yang menusuknya, melainkan dengan semua itu Allah akan menghapuskan segala kesalahannya.” (HR Al Bukhari)
Dikatakan, kita selamanya tidak ingin sakit, meskipun itu sebagai ujian. Kita ingin sembuh dari penyakit , karena sembuh dari penyakit memungkinkan bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal.
“Ketika sehat, seseorang dapat berpartisipasi dalam pekerjaan, kegiatan sosial, dan hoby yang dinikmati, sehingga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan,” katanya.
Di bagian lain Miftachur Izah menyinggung tentang RSDI Kaliwungu dalam menangani setiap pasien berstandar Islami, berupaya memberikan pelayanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
“Salah satu contohnya adalah dengan mengupayakan agar setiap pasien yang sakit diperiksa oleh perawat sesuai jenis kelaminnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga aurat dan privasi pasien,” katanya.
Miftachur Izah berpesan kepada jamaah pengajian Ahad pagi, ketika sakit dihadapi dengan sikap ikhlas karena Allah menjanjikan penghapusan dosa bagi mereka yang bersabar dan ikhlas menghadapi sakit. (rif)