ROWOSARI.KENDALMU.OR.ID. Prosesi pengukuhan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Gempolsewu, Kec. Rowosari, Kendal Periode Muktamar ke 48 , Ahad (25/2/2024) di halaman Masjid At Taubah, Gempolsewu berlangsung dengan lancar dan khidmad.
Usai pengukuhan dilanjutkan dengan penyampaian tausiah oleh Tokoh Muhammadiyah dan juga Ketua Baznas Kota Tegal, KH. Harun Abdi Manaf.
Dia mengatakan, berdasarkan pada penglihatan langsung kepada seluruh jajaran PRM dan PRA Gempolsewu, Harus menilai bahwa mereka memiliki wajah ikhlas.
“Wajah ikhlas yang dimilki oleh seluruh jajaran PRM dan PRA Gempolsewu, tercermin melalui sikap dan perilaku yang tulus, jujur. Itulah tanda-tanda mereka sebagai penghuni surga,” kata Harun.
Menurutnya, keikhlasan ini tercermin dalam niat yang murni, tanpa pamrih atau motif tersembunyi. Dalam konteks pelaksanaan program, memiliki wajah ikhlas sangat penting. Ikhlas bermuhammadiyah berarti tidak ambisius mengejar jabatan tertentu dan siap menerima amanah di posisi manapun tanpa melakukan intrik atau motif lainnya. Muhammadiyah sampai berusia 112 tahun lebih selalu eksis karena mereka yang terlibat di dalamnya memiliki rasa ikhlas.
“Keikhlasan di Muhammadiyah salah satunya ditandai dengan tidak ingin mendapatkan balasan, kecuali dari Allah. Keikhlasan Muhammadiyah yang telah membantu pemerintah melalui berbagai amal usaha, bukan berarti mengharap agar pemerintah memberi bantuan kepada Muhammadiyah,” tegasnya.
Harun Abdi Manaf melanjutkan pesannya, yaitu islah (i kedua-red), melakukan komunikasi dengan santun, ikhlas untuk kemajuan. Antar sesama pimpinan harus saling mengisi, melengkapi, dan jangan ada yang merasa di Muhammadiyah yang paling berjasa.
“Pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah berinisiatif melakukan komunikasi dengan siapapun, termasuk dengan Ormas Islam lainnya, NU, Muslimat, Fatayat dalam rangka kebaikan besama,” ujarnya.
Muhammadiyah sekarang hebat, dapat mendunia, dan tidak ada pimpinan Muhammadiyah mengaku, bahwa dialah yang paling berjasa. Di Muhammadiyah tidak ada jabatan yang bergengsi, semua sama-sama menerima amanah untuk ditunaikan.
Dilanjutkan i ke 3 , yaitu istiqomah. Memimpin Muhammadiyah harus istiqomah, dan jangan merasa malu menjadi Muhammadiyah.
“Menjadi warga Muhammadiyah harus bangga, jangan malu, jangan elergi, jangan ragu, dan jangan takut. Katakan, saya orang muslim dan warga Muhammadiyah,” tegasnya lagi.
Adapun i ke 4 adalah ikhtiar, berusaha semaksimal mungkin, menggali kolektif dan kolegial dalam bermuhammadiyah.
“Menjalankan roda organisasi itu harus kolektif kolegial, bersama-sama, tidak ada one man show. Program Muhammadiyah dilaksanakan sesuai kemampuan dan situasi kondisi yang ada,” katanya lagi.
Dalam konteks kepemimpinan Muhammadiyah, one man show, lanjutnya, muncul ketika pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang dominan, di mana ia memegang kontrol total terhadap segala aspek dalam organisasi, termasuk pengambilan keputusan, distribusi tugas, dan evaluasi kinerja.
Adapun i terakhir menurut Harun, adalah ikhsan. Pimpinan Muhammadiyah harus menjadi baik, teladan di keluarga, di Muhammadiyah/Aisyiyah maupun di masyarakat.
“Menghidupkan ajaran Nabi Muhammad berarti mengikuti jejak kehidupan Nabi Muhammad saw. Beliau adalah Laqad kāna lakum fī rasụlillāhi uswatun ḥasanatul,” katanya.
Menurutnya, kalau Beliau, Rasulullah mementingkan masjid, maka masjid, dan musholla Muhammadiyah harus di makmurkan
“Ranting itu penting, Cabang harus berkembang, maka masjid dan musholla harus dimakmurkan,” tutpnya. (farqi)