KALIWUNGU.KENDALMU.OR.ID. Kabar duka menyelimuti dunia politik dan pesantren tanah air. Alamuddin Dimyati Rois, atau yang akrab disapa Gus Alam, wafat pada Selasa pagi, 6 Mei 2025, pukul 05.30 WIB di Rumah Sakit Budi Rahayu, Pekalongan.
Ia mengembuskan napas terakhir setelah sempat menjalani perawatan intensif akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi beberapa hari sebelumnya di ruas Tol Pemalang-Batang.
Gus Alam adalah anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang telah mengabdi di parlemen selama empat periode berturut-turut, sejak 2009 hingga 2029. Ia mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah I yang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Kendal.
Lahir pada 26 Desember 1980, Gus Alam tumbuh dalam lingkungan pesantren dan pendidikan Islam yang kuat.
Ia merupakan putra dari ulama kharismatik, K.H. Dimyati Rois, pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadllu Wal Fadhilah, Kendal. Kecintaan terhadap dunia pendidikan dan dakwah tak hanya diwarisi, tetapi juga diteruskan. Pada tahun 2017, Gus Alam mendirikan Pondok Pesantren Al-Fadllu Wal Fadhilah 2 dan turut menjadi pengasuhnya.
Di dunia akademik, Gus Alam menempuh pendidikan sarjana dan magister di bidang Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Sebelum terjun sepenuhnya ke dunia politik, ia telah aktif di tubuh PKB, khususnya di bidang kepemudaan, dengan menjabat sebagai Wakil Ketua Garda Bangsa Jawa Tengah, badan otonom partai tersebut.
Selama menjabat sebagai anggota DPR, Gus Alam dikenal aktif di Komisi VIII yang membidangi urusan keagamaan, sosial, perlindungan anak dan perempuan, serta zakat. Ia kerap menyuarakan isu-isu keumatan dan kesejahteraan sosial, mencerminkan latar belakangnya sebagai santri dan pendakwah.
Kecelakaan yang merenggut nyawanya terjadi pada Jumat dini hari, 2 Mei 2025, di KM 315+900 jalur A Tol Pemalang-Batang, tepatnya di wilayah Desa Karangasem, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang.
Saat itu, Gus Alam tengah dalam perjalanan pulang usai mengisi pengajian rutin di Brebes. Kendaraan yang ditumpanginya mengalami kecelakaan, mengakibatkan dua orang meninggal dunia dan dua lainnya luka-luka. Gus Alam sendiri mengalami cedera serius: luka di kepala, patah pada pergelangan dan jari manis tangan kanan, serta sobekan di pelipis kiri. Ia sempat dalam kondisi setengah sadar dan langsung menjalani tindakan medis, namun nyawanya tidak tertolong.
Kepergian Gus Alam menjadi kehilangan besar, bukan hanya bagi keluarga besar Pesantren Al-Fadllu Wal Fadhilah dan konstituennya di Jawa Tengah, tetapi juga bagi masyarakat yang mengenalnya sebagai sosok yang menjembatani nilai keislaman, pesantren, dan kebijakan publik. Banyak yang mengenang almarhum sebagai pribadi yang ramah, berkomitmen pada umat, dan tak lelah memperjuangkan nilai-nilai keadilan sosial.