RINGINARUM. KENDALMU.OR.ID. Di balik kesibukan para pekerja migran Indonesia di Hong Kong, tersimpan kisah inspiratif perjuangan dan pengabdian
Salah satunya adalah Sri Nasiati Umaroh, sosok perempuan tangguh asal Caruban, Kec. Ringinarum, Kab. Kendal, Jawa Tengah, yang kini dikenal sebagai salah satu pendiri dan ketua pertama Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Hong Kong.
Kisah Bu Umaroh dimulai pada tahun 1989, saat ia lulus dari PGAN Salatiga dengan harapan besar dari sang ayah agar ia menjadi guru.
“Saya mencoba mengajar di beberapa sekolah dekat rumah, tapi tidak ada yang berhasil,” tulisnya kepada kendalmu.or.id, Jum’at sore (2/5/2025).
Tak menyerah, lantas ia merantau ke Simpang Luas Kenali, Lampung Utara, ikut keluarga pakdhenya dan menjadi guru wiyata bakti untuk kelas 3 SD selama setahun.
Namun, karena tidak ada kepastian menjadi PNS, ia memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Caruban.
Situasi ekonomi yang sulit mendorong Bu Umaroh untuk mencoba peruntungan ke luar negeri. Dua tahun di Singapura sebagai pengasuh anak, dua tahun di Malaysia bekerja di konveksi, lalu kembali ke Singapura dan bekerja tiga tahun.
Setelah menikah, pada tahun 2005 ia merantau lagi, kali ini ke Hong Kong sebagai perawat lansia.
“Intinya saya ke luar negeri karena kesulitan mencari nafkah di Indonesia,” tulisnya lagi dengan jujur.

Meski sibuk bekerja, jiwa keorganisasian Bu Umaroh tak pernah padam, karena ia lahir dan besar di lingkungan Muhammadiyah.
“Saya lulusan MI Muhammadiyah Caruban, SMP Muhammadiyah 1 Weleri, dan aktif sebagai Remaja Masjid Al Ittiba di kampung. Sejak kecil sudah terbiasa dengan kegiatan dakwah,”
Namun, baru pada tahun 2018, setelah memutuskan berhenti berjualan di Hong Kong, ia mulai kembali aktif mencari komunitas Muhammadiyah.
Sebuah obrolan ringan bersama rekannya, Busstomi, di bawah Jembatan Victoria Park menjadi titik awal terbentuknya PCIA Hong Kong.

“Busstomi bilang, ‘Bu, ayo dirikan Muhammadiyah di Hong Kong seperti di Malaysia dan Taiwan.’ Dari situ saya mulai mengumpulkan teman-teman sekampung yang juga warga Muhammadiyah,” kisahnya.
Pada Desember 2019, mereka mengadakan peringatan Milad Muhammadiyah ke-107. Foto-foto acara itu diunggah ke Facebook dan menarik perhatian Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PPA).
Dari sanalah komunikasi dan pengajuan pengesahan resmi dimulai.
“Kita dibantu ibu Prof. Mami Hajaroh dari Majelis Perkaderan PPA untuk menyusun proposal pengesahan. Saya dipercaya menjadi ketua PCIA Hong Kong periode pertama (2020–2022),” .
Tak lama setelah itu, pandemi COVID-19 merebak. Namun, PCIA Hong Kong justru menjadikan masa sulit itu sebagai momentum dakwah.
Mereka membagikan obat dan masker di Victoria Park, Causeway Bay, dan mulai dikenal oleh komunitas diaspora Indonesia di sana.
Kini, estafet kepemimpinan telah berganti. Periode kedua (2022–2024) telah usai, dan sejak awal 2024 kepemimpinan PCIA Hong Kong dilanjutkan oleh Bu Ebta Dwi Anggraini untuk periode 2024–2026.
Namun peran Bu Umaroh sebagai perintis tak pernah lekang. Bersama Busstomi dari Jombang dan Nuryati dari Tersono, Batang, mereka bertiga adalah pendiri awal PCIA Hong Kong.
PCIA Hong Kong juga aktif menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak seperti Enrich Hong Kong untuk pelatihan literasi keuangan, EOC untuk edukasi hukum minoritas, Dompet Dhuafa Hong Kong, hingga mendukung kegiatan KKN dan Mubaligh Hijrah Internasional. Mereka juga rutin bersinergi dengan berbagai majelis pengajian dalam menyelenggarakan acara dakwah di Hong Kong.
Kisah Bu Sri Nasiati Umaroh adalah bukti bahwa semangat dakwah dan pengabdian tidak pernah mengenal batas geografis. Dari Caruban hingga ke negeri seberang, semangat Muhammadiyah terus hidup melalui para kadernya yang gigih dan penuh ketulusan. (fur)