LIMBANGAN. KENDALMU.OR.ID. Ada keberkahan tersendiri bagi peserta Rakerda 2024 Lazismu Kendal yang hadir dan mengikuti dengan baik seluruh rangkaian acara yang disiapkan oleh panitia, pasalnya ada salah mata acara, pengajian Ahad Pagi (28/1/2024) di Kampoeng Djawa Sekatoel, Margosari, Kec. Limbangan, Kendal yang menghadirkan Ustadz Mahtum Ali Samhari sebagai penceramah tunggal.
Ustadz Mahtum, Bapak dari 8 anak tersebut menukil salah satu hadits Nabi Muhammad SAW :
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «اسمعوا وأطيعوا، وإن استعمل عليكم عبد حبشي، كأن رأسه زبيبة [صحيح] – [رواه البخاري]
Artinya : Dari Anas -raḍiyallāhu ‘anhu- secara marfū’, “Dengarkanlah dan taatilah oleh kalian, walaupun orang yang dipercayakan untuk memimpin kalian adalah seorang hamba sahaya Ḥabasyi (Ethiopia), yang kepalanya seperti kismis” (Hadits sahih – Diriwayatkan oleh Bukhari)
Diterangkan oleh Ustadz Mahtum, Sahabat ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu yang dia bercerita, pernah suatu hari bersama Rasulullah SAW, setelah sholat subuh memberikan nasehat yang dikatakan oleh Irbadh bin Sariyah nasehat itu seakan akan sebagai mauidhoh muwadda’ah (nasehat perpisahan-red).
“Seakan-akan itu sebagai nasehat perpisahan dari Rasulullah yang membuat hati para sahabat bergetar dan membuat mata para sahabat berkaca-kaca,” kata Ustadz Mahtum di hadapan jamaah yang hadir.
Beliau Rasulullah SAW, lanjutnya, bersabda ‘ushikum bitaqwallah’, aku wasiatkan kepada kamu sekalian untuk bertaqwa kepada Allah ‘wa sam’i wa tho’ah’, dengarkan dan taatilah, diharapkan kita untuk mengatakan sami’na wa atho’na.
“Wa’in abdun habasiyun, kamu harus tetap mendengarkan dan taat, walaupun yang menjadi pemimpin adalah hamba sahaya dari Habsy. Jadi, nanti kalau hasil Pemilu 2024, Allah mentaqdirkan Capres-Cawapres yang tidak kita harapkan ternyata menang, kita tetap bersikap mendengarkan dan mentaati”
Dibagian lain Ustadz Mahtum mengatakan, bahwa dengan bertambahnya tahun, berbedaan akan bertambah banyak, maka kita menghindari masalah-masalah yang baru, karena perkara baru telah bermunculan.
“Perkara-perkara baru sekarang semakin banyak, termasuk shalawat yang sekarang jumlahnya lebih dari satu. Ada Sholawat Ma’tsuroh, Sholawat Ghairu Ma’tsuroh, Sholawat Nariyah, Sholawat Nuril Anwar, dan masih banyak macamnya” ungkapnya.
Menurut Mahtum, di zaman sekarang yang dinilai masih agak aman untuk dilaksanakan diantaranya adzan, kumandang mendirikan sholat.
“Adzan sejak zaman Rasulullah disuarakan dengan keras, di tempat tinggi dan yang mendengarkan menirukan. Adzan pun di kalangan Syiah lafadznya berbeda dengan adzan kita yang sunni” tuturnya.
Menyinggung tentang ibadah, Mahtum mengatakan, dalam beribadah pasti terdapat perbedaan, dan perbedaan itu terjadi karena dalam pengambilan dalil berbeda. Di antara penyebab perbedaan-perbedaan itu adalah dalam memahami ibadah yang kadang-kadang juga berdalil.
Dicontohkan seorang suami menzhihar pada istrinya. Di zaman Jahiliyah, ungkapan ‘anti mithla zahr ‘umiy (kamu seperti punggung ibuku) adalah ungkapan zhihar, merupakan bentuk talak Jahiliyah yang paling keras, karena tingkat pengharamannya paling kuat dan pemutusan hubungannya paling jelas, artinya sang suami tidak mau mengumpuli istri. Suatu waktu sang suami kangen dengan istrinya, dan bermaksud pulang untuk menggaulinya, tetapi ditolak sang istri.Dalam kontek ini Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid dalam menetapkan hukum menggunakan tiga manhaj, yakni bayani (harus ada dasar/dalilnya) yang diambil dari Al qur’an dan Hadist shohih, burhani (menggunakan logika), bisa jadi waktu zaman itu tidak sama dengan sekarang, dan irfani (kepekaan nurani dan ketajaman intuisi batin)