PEKAJANGAN. KENDALMU.OR.ID. Wayang golek merupakan seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Jawa Barat, dan telah lama digunakan sebagai media dakwah untuk menyampaikan ajaran agama, khususnya Islam.
Dalam kontek ini Muhammadiyah Cabang Pekajangan, Kab. Pekalongan melalui PRM Ambokembang mengangkat wayang golek sebagai pertunjukan bernuansa dakwah yang menghadirkan Anggota Bidang Pemberdayaan Korps Mubaligh dan Kemasjidan Majelis Tabligh PWM Jateng, Ki Pujiono bertindak sebagai dalang.
Pengajian Ahad Pagi dengan wayang golek pitutur berlangsung di PRM Ambokembang, Pekajangan, Kab. Pekalongan, Ahad (6/1/2025) dihadiri ribuan jamaah dan jajaran pimpinan Muhammadiyah setempat.
Dalam pertunjukan tersebut Ki Pujiono menampakkan 3 tokoh lintas generasi yang divisualisasikan dalam wayang golek, Ki Kebo Kenango, ayah Jaka Tingkir, da’i sejuta ummat, Zainudin MZ, dan Mendikmen RI, Prof Abdul Mu’ti
Ki Pujiono mengatakan karena belum tersediannya wayang golek yang mirip para tokoh Muhammadiyah setempat, seperti Sofwan, Mubaririyin, dan Abdul Shomad, para jamaah diminta bisa memakluminya.
Sebagai anggota Majelis Tabligh PWM Jateng, Pujiono merasa prihatin terhadap perjalanan dakwah Muhammadiyah yang masih terkesan elitis, dan masih enggan menyapa akar rumput, ranting-ranting Muhammadiyah yang memiliki budaya Jawa.
“Dakwah Muhammadiyah di akar rumput masyarakat bawah berbudaya Jawa perlu pendekatan yang unik dan adaptif, yang mencerminkan keterkaitan antara ajaran Islam dan tradisi jawa, seperti wayang,” kata Pujiono yang juga Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PDM Boyolali.
Diungkapkan, pada awalnya, Muhammadiyah menilai dakwah kultural sebagai sesuatu yang hukumnya makruh. Hal ini disebabkan oleh pandangan puritan yang menganggap bahwa budaya lokal sering kali mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti syirik, takhayul, dan bid’ah.
“Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat, Muhammadiyah mulai mengubah pandangannya terkait dakwah kultural,” ujarnya.
Diterangkan, Munas Tarjih 1995 mengakui bahwa wayang dapat digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan nilai-nilai Islam.
“Hal ini sejalan dengan upaya Muhammadiyah untuk mengintegrasikan budaya lokal, termasuk wayang dalam dakwah, sehingga pesan-pesan agama dapat disampaikan dengan cara yang lebih mudah diterima oleh masyarakat,” jelasnya.
Menurut Ki Pujiono, dalam konteks yang lebih luas, Munas menekankan pentingnya dakwah kultural, yang mencakup seni dan budaya sebagai bagian dari strategi dakwah Muhammadiyah.
“Ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada aspek ritual keagamaan, tetapi juga pada pengembangan seni dan budaya yang dapat memperkuat pesan-pesan Islam,” tegasnya.
Sementara itu Ketua PCM Pekajangan, bdul Shomad menyampaikan pentingnya meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan memperdalam ilmu agama melalui pengajian rutin seperti ini.
“Semoga kegiatan ini tidak hanya mempererat silaturahmi antar warga, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang ajaran Islam,” harapnya.
Sedangkan Ketua PRM Ambokembang, Suhandi mengapresiasi pengajian dalam pertunjukan wayang golek yang dinilai sangat bermanfaat dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kebersamaan dan ketaatan pada agama.
“Kehadiran Wayang Golek Pitutur dalam pengajian ini juga memberikan nuansa yang berbeda, dengan cara yang lebih ringan namun tetap mendalam,” kata Suhandi..
Ketua Majelis Tablig PCM Pekajangan Ust. Mubariyin merasa bahagia dan plong atas pertunjukan wayang golek, meski diwarnai gerimis.
“Alhamdulillah Jamaah lebih dari 1000, menunjukan acara ini mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat setempat, yang hadir dengan antusias untuk menikmati pertunjukan seni sekaligus menambah ilmu agama.
“Kegiatan seperti ini diharapkan dapat terus digelar di masa mendatang untuk mempererat tali persaudaraan antar warga, sekaligus memperdalam ajaran agama dengan cara yang menarik dan bermanfaat,” pungkasnya.