KENDAL.KENDALMU.OR.ID. Presiden Prabowo Subianto Bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zukifli Hasan, dan Ketua Panitia Penerima Peserta Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke 112 Muhammadiyah, Mukhsin Masri memetik alat musik tradisional, Sasando sebagai pertanda dibukannya Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke 112 Muhammadiyah.
Pembukaan Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke 112 Muhamadiyah berlangsung Rabu (4/12/2024) di Kupang (NTT), tepatnya di Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK).
Sedangkan Tanwir Muhammadiyah akan berlangsung Rabu-Jum’at (4-6/12/2024) yang diikuti oleh Anggota Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah, Wakil Wilayah, dan Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat.
Diketahui Sasando adalah alat musik tradisional berdawai yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Sasando berasal dari bahasa Rote, yaitu “Sasandu,” yang berarti alat yang bergetar atau berbunyi. Alat musik ini merupakan kebudayaan dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, dan dikenal karena suaranya yang khas serta bentuknya yang unik.
Dikutip laman perplexity ada beberapa legenda yang menceritakan asal-usul alat musik Sasando, yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, diantaranya adalah salah satu cerita yang paling populer tentang seorang pemuda bernama Sangguana. Ia terdampar di Pulau Ndana dan jatuh cinta pada putri raja. Untuk mendapatkan restu raja, Sangguana diminta untuk menciptakan alat musik yang belum pernah ada. Dalam mimpinya, ia melihat dan memainkan alat musik yang indah. Terinspirasi oleh mimpi tersebut, ia menciptakan Sasando dan memberikannya kepada raja, yang kemudian mengizinkan Sangguana menikahi putrinya.
Versi lain menyebutkan bahwa Sasando ditemukan oleh dua orang gembala bernama Lunggi dan Balo Aman. Mereka sedang menggembala domba ketika menemukan bahwa memetik daun lontar dapat menghasilkan suara yang berbeda. Dari eksperimen ini, mereka mengembangkan alat musik yang dikenal sebagai Sasando.
Sasando memiliki bagian utama yang berbentuk tabung panjang terbuat dari bambu, dengan panjang sekitar 70 hingga 80 cm. Tabung ini berfungsi sebagai badan utama alat musik dan tempat untuk merentangkan dawai.
Di bagian tengah tabung terdapat penyangga yang disebut senda, yang berfungsi untuk merentangkan senar dari atas ke bawah. Senda ini juga membantu dalam mengatur nada yang dihasilkan setiap kali dawai dipetik.
Sasando memiliki beberapa dawai yang direntangkan di sepanjang tabung bambu. Jumlah dawai dapat bervariasi, dengan jenis Sasando engkel memiliki 28 dawai, sementara Sasando dobel dapat memiliki hingga 56 atau 84 dawai.
Bagian luar tabung dilapisi dengan anyaman daun lontar yang disebut haik, yang berfungsi sebagai wadah resonansi. Haik ini membantu memperkuat suara yang dihasilkan oleh getaran dawai.
Secara keseluruhan, bentuk dan struktur Sasando mencerminkan kekayaan budaya serta kearifan lokal masyarakat Rote dalam menciptakan alat musik yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai bagian integral dari tradisi mereka.