SURAKARTA.KENDALMU.OR.ID. Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar pelatihan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan selama tiga hari berturut-turut, 16–18 Juni 2025.
Bertempat di Ruang Siti Badilah, Lantai 1 Perpustakaan UMS, kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen UMS dalam mendukung literasi digital dan meningkatkan kapasitas mahasiswa serta sivitas akademika dalam menghadapi era teknologi.
Pelatihan diisi oleh tiga narasumber berbeda yang memiliki latar belakang beragam namun saling melengkapi. Hari pertama dibimbing oleh Hardika Dwi Hermawan hari kedua oleh Hanun Adlan, dan hari ketiga oleh M. Asharul Ma’ali.
Setiap sesi menekankan pada pentingnya pemanfaatan AI yang bertanggung jawab, mulai dari evaluasi sumber informasi hingga etika dalam penggunaan teknologi.

Dalam sesinya, Hanun Adlan memaparkan dasar-dasar kecerdasan buatan, yakni bagaimana AI bekerja dengan meniru proses intelektual manusia—mulai dari belajar, bernalar, memahami bahasa, hingga memecahkan masalah.
Menurutnya, AI memiliki enam sasaran strategis dalam dunia kerja dan pendidikan: meningkatkan efisiensi operasional, mendukung pengambilan keputusan, memperbaiki pengalaman pengguna, mendorong inovasi, meningkatkan keamanan sistem, serta menjadi asisten keahlian.
Namun, ia juga menyoroti sisi gelap dari teknologi ini. Salah satunya adalah risiko menurunnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa jika terlalu bergantung pada AI.
“Ini jadi tantangan bagi generasi Z dan generasi setelahnya. Bagaimana caranya critical thinking tidak tergerus dengan hadirnya AI. Itu salah satu ujian integritas di dunia kampus,” ujar Hanun pada Selasa (17/6).
Tantangan lain yang diangkat adalah praktik ghostwriting, fabrikasi data, dan hallucination atau kesalahan informasi yang sering kali muncul dari AI generatif.
Setelah menyampaikan materi dasar dan etika AI, peserta diajak untuk mengenal berbagai platform AI yang dapat menunjang produktivitas, seperti Scispace (untuk pencarian dan pembacaan literatur ilmiah), Whimsical (untuk pemetaan konsep visual), Litmaps (untuk jaringan sitasi penelitian), dan Julius (untuk analisis dan pengolahan data).

Hanun berkali-kali mengingatkan agar mahasiswa tidak kehilangan kendali atas teknologi. “Jangan sampai kita diperbudak teknologi. Kita yang harus memperbudak teknologi,” katanya tegas.
Pelatihan ini disambut antusias oleh peserta. Salah satunya adalah Hasna Nabila Yaniarsi, mahasiswi UMS yang merasa pelatihan ini membuka wawasan baru dalam mengelola tugas perkuliahan.
“Terbantu banget dengan pelatihan ini karena ada beberapa AI yang bahkan aku baru tahu seperti Julius. Selama ini aku cuma pakai GPT, tapi ternyata ada platform lain yang lebih spesifik. Kayaknya aku akan beralih,” ungkap Hasna dengan semangat.
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini sangat relevan dengan kebutuhan mahasiswa masa kini yang dituntut adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Pelatihan AI ini merupakan langkah nyata Perpustakaan UMS dalam membangun budaya literasi digital yang sehat, kritis, dan beretika. Kegiatan semacam ini diharapkan terus berlanjut untuk membekali mahasiswa menghadapi dunia yang semakin terdigitalisasi.
Dengan adanya pelatihan ini, UMS kembali menunjukkan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya adaptif terhadap perkembangan teknologi, tetapi juga proaktif dalam mengedukasi mahasiswa agar menjadi pengguna teknologi yang bijak dan bertanggung jawab.